Sunday, 29 May 2016

Motivasi Membaca dari Para Ulama


Assalamu Alaikum Sobat Petualang, semoga senantiasa diberikan kesehatan oleh Allah dan rezeki yang melimpah…Aamiin

Kali ini sobat petualang kita kembali dipertemukan oleh Allah di lain pembahasan. Bukan terkait perjalanan kemasjid tapi terkait motivasi. Dan insha Allah motivasi kali ini adalah motivasi yang sangat luar biasa karena datangnya dari ulama. Dan artikel kali ini saya beri judul “motivasi membaca dari para ulama”.

Sebenarnya motivasi ini saya dapat dari buku “gila baca ala ulama” yang baru saya beli beberapa hari yang lalu. Dan saya merasa janggal rasanya saya tidak membagikan motvasi ini ke sobat petualang. Supaya kita sama-sama mendapatkan ilmunya. Simak aja ya sobat petualang..jangan kemana-mana dulu

Buku adalah tempat rekreasi terindah bagi Ibnu Duraid (w.321 H)

Abu nashr Al-Mikali berkata ; suatu hari kami membicarakan tentang tempat rekreasi. Saat itu ibnu duraid hadir. Sebagian orang berkata ‘tempat yang paling menyenangkan untuk rekreasi adalah lembah-lembah asri di damaskus. Sebagian yang lain berkata ‘taman samarkand’. Yang lain berkata ‘nahrawan di baghdad’. Yang lain berkata ‘taman indah di bawwan’. Yang lain lagi berkata ‘nubhar balkh’.

Ibnu duraid berkomentar, ‘semua ini adalah tempat rekreasi mata, lalu manakah jatah rekreasi hati kalian ?’ kami pun menanyakan hal tersebut, “wahai abu bakr, apa yang anda maksud rekreasi hati ?”. Ibnu Duraid Menjawab,’yaitu membaca kitab “uyun Al-Akhbar karya Al-Qutbi, Az-zahrah karya ibnu Dawud dan Qalaq Al-Musytaq karya ibnu abi thahir.’ Kemudian dia menyandungkan Syiair :

                     Barangsiapa tamasyanya tertuju pada biduanita, piala, dan minuman
                   Maka tamasya dan istirahat kami adalah menelaah buku dan kitab Al-‘Uyun

Ibnu Taimiyyah (w.728 H) tetap membaca meskipun sedang sakit

Imam ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam Rudah Al-Muhibbin menuturkan bahwa gurunya Ibnu Taimiyyah pernah bercerita,” saya tertimpa sakit, maka dokter berkata kepadaku, ‘sesungguhnya aktivitasmu dalam menelaah dan membicarakan ilmu memperparah penyakitmu.’ Saya pun berkata kepadanya, ‘saya tidak sabar melakukan hal itu. Saya akan menerangkan kepadamu dengan ilmumu. Bukankah jika jiwa itu bergembira dan bahagia, maka tabiatnya akan kuat sehingga mampu menolak penyakit?’ Dokter itu menjawab ‘iya’. Kemudian saya mengatakan kepadanya.’sesungguhnya jiwaku bahagia dengan ilmu sehingga menjadikanku kuat dan tentram.’ Maka dokter itupun berkata,’jika demikian itu diluar pengobatan kami.’

Ibnul Jauzi (w.597 H) membaca 200.000 jilid buku

Saat membahas tentang membaca buku, didalam shaid Al-Khatir,Ibnu jauzil berkata menceritakan dirinya,” Aku tidak pernah kenyang membaca buku. Jika menemukan buku yang belum pernah aku lihat, maka seolah-olah aku mendaptkan harta karun. Aku pernah melihat katalog-katalog buku wakaf di madrasah An-Nidhamiyyah yang terdiri dari 6000 jilid buku. Aku juga melihat katalog buku Abu Hanifah, Al-Humaidi, Abdul Wahhab bin Nashir dan yang terakhir Abu Muhammad bin Khasysyab. Aku pernah membaca semua buku tersebut serta buku lainnya. Aku pernah membaca 200.000 jilid buku lebih. Sampai sekarang aku masih terus mencari ilmu.” Kemudian Ibnu Jauzi memaparkan hasil pengkajian Ilmunya.

Ibnu Jauzi juga menasihati orang alim dan pencari Ilmu, “sebaiknya kamu mempunyai tempat khusus di rumahmu untuk menyendiri. Disana kamu bisa membaca lembaran-lemabaran bukumu dan menikamti indahnya petualangan pikiranmu.”

Lebih Mencintai Buku daripada sebongkahan Emas

Ibnul jauzi menyebutkan biografi Thahir bin Abish Shaqr (w 476 H) dalam bukunya, Al-Muntazham, “ Dia adalah orang yanh senang mengembara ke segenap penjuru tempat dan banyak berguru kepada para ulama dari berbagai negeri. Dia pernah mengatakan, ‘Buku-bukuku ini lebih aku cintai daripada sebongkahan Emas’.

Tetap Belajar Meski berada di Kamar kecil

Ketika berbicara seputar kecintaan terhadap ilmu, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam bukunya Raudhah Al-Muhibbin menuturkan bahwa abdurrahman Ibnu Taimiyyah saudara gurunya ;Ahmad Ibnu Taimiyyah meriwayatkan dari bapaknya, abdul halim, dia berkata,” dahulu kakekmu abul barakat, apabila mau masuk ke WC untuk buang hajat, maka beliau menyuruhku untuk membacakan suatu buku dengan bacaan yang keras agar  dia bisa mendengar.”

Buku, Bekal Utama para Ulama Saat Safar

As-Sakhawi dalam bukunya Ad-Dhau’ Al-Lami’ menegaskan Profil Singkat Ahli bahasa, Imam Muhammad bin Ya’qub Fairuz Abadi (w.817 H) bahwa beliau menyeleksi buku-buku yang berharga. Sebagaimana sebagian orang pernah mendengarnya berkata,”Aku telah membeli berbagai buku seharga 50.000 mitsqal emas (21 Milyar 250 jt). Meski buku-buku itu harus di angkut beliau tetap membawanya ketika bepergian. Setiap beliau singgah disuatu tempat, tak lupa beliau keluarkan buku-buku itu untuk dibaca. Dan apabila hendak melanjutkan perjalanannya beliau pun menaruh buku-buku tersebut ketempat semula.

Lebih Suka Bercengkrama dengan buku daripada dengan manusia

Imam Adz-zahabi dalam bukunya, Asy-Siyar dari Nu’aim bin Hammad, berkata,” Ibnul Mubarak lebih banyak berdiam diri di dalam rumahnya. Oleh karena itu seseorang bertanya kepadanya, apakah engkau tidak merasa kesepian?’ “bagaimana aku merasa kesepian sedang Rasulullah Muhammad SAW, dan para sahabatnya selalu bersamaku.’ Tegas Ibnul Mubarak.”
Al-Khatib dalam Taqyid Al-Ilm meriwayatkan dari ibnul Mubarak, beliau berkata, “ Barangsiapa ingin mengambil faedah ilmu maka bacalah buku-bukunya.”

Tak Sempat menikah karena sibuk Ibadah dan Belajar

Adz-zahabi dalam Syiar A’lam An-Nubala’ menerangkan biografi Isa bin Ahmad Al-Yunani (w.653 H), beliau berkata,” Dia tidak memiliki kesibukan kecuali untuk beribadah dan belajar, bahkan tidak sempat menikah, hingga akhirnya rela mengawini janda tua untuk sekadar mengurusnya.”

Kelezatan dalam Memburu buku

Adz-Dzahabi dalam Syiar Alam An-Nubala’ menyebutkan dalam biografi Al-Mustanshir Billah Abul Ash Al-Hakam bin Abdurrahman Al-umawi, pemimpin Andalus, “ Dia adalah orang yang mengukir riwayat hidupnya dengan indah, penuh dengan keutamaan. Dia memiliki kecintaan mendalam untuk membaca serta memburu buku-buku berkualitas dan bermutu, baik yang benar ataupun yang salah. Beliaupun memperoleh sekitar 200.000 buku.

Beliau selalu membelanjakan emasnya sekadar untuk mendapatkan buku-buku, lalu membayarnya sesuai harga yang ditawarkan penjualnya. Sehingga lemari-lemari yang dimilikinya pun terlalu sempit dan tidak bisa menampung semua buku-bukunya. Baginya tidak ada kenikmatan kecuali pada buku-buku yang telah didapatkannya.

40 tahun Tidak Tidur kecuali sebuah buku Tergeletak di atas Dada

Al- Hafish dalam Bukunya Al-Hayawan menuturkan bahwasanya dia mendengar hasan Al-Lu’luai berkata,” Selama 40 tahun aku tidak tidur siang ataupun tidur malam, serta tidak beristirahat sambil bersandar kecuali ada sebuah buku yang tergeletak di atas dadaku.

Mimpi Masuk Surga Bersama BUKU

Ibnu Rajabdalam Dzail Ath Thabaqat mengetengahkan satu riwatyat Ibnu Al-Jauzi yang bersumber dari Imam Abul Alla’ Al-Hamadzani (w.569 H). Ibnu Al-juzi berkata, ‘Aku telah mendengar bahwa beliau, Abul A’lla’ Al-Hamdadzani sempat bermimpi berada disebuah kota yang semua dindingya adalah buku, dan disekitarnya terdapat banyak buku yang tak terhitung. Dia pun asyik dan sibuk membacanya. Kemudian beliau ditanya, ‘Buku-buku Apa ini?’ kemudia beliau menjawab,” Aku telah memohon kepada Allah untuk menyibukkanku di surga dengan buku sebagaiman dahulu di dunia. Dan Allah pun mengabulkan permohonanku.’


Sungguh Luar Biasa Motivasi membaca dari para Ulama. Semoga kita dapat mengambil pelajaran darinya. Sampai ketemu di Petualang Masjid Selanjutnya.

0 comments:

Post a Comment

Ebook Agen Tiket Pesawat 250x250
Bisnis Toko Online 250x250
Infopreneur Sukses 250x250