Assalamu Alaikum Sobat Petualang,
semoga senantiasa diberikan kesehatan oleh Allah dan rezeki yang
melimpah…Aamiin
Kali ini sobat petualang kita
kembali dipertemukan oleh Allah di lain pembahasan. Bukan terkait perjalanan
kemasjid tapi terkait motivasi. Dan insha Allah motivasi kali ini adalah
motivasi yang sangat luar biasa karena datangnya dari ulama. Dan artikel kali
ini saya beri judul “motivasi membaca dari para ulama”.
Sebenarnya motivasi ini saya
dapat dari buku “gila baca ala ulama” yang baru saya beli beberapa hari yang
lalu. Dan saya merasa janggal rasanya saya tidak membagikan motvasi ini ke
sobat petualang. Supaya kita sama-sama mendapatkan ilmunya. Simak aja ya sobat
petualang..jangan kemana-mana dulu
Buku adalah tempat rekreasi
terindah bagi Ibnu Duraid (w.321 H)
Abu nashr Al-Mikali berkata ;
suatu hari kami membicarakan tentang tempat rekreasi. Saat itu ibnu duraid
hadir. Sebagian orang berkata ‘tempat yang paling menyenangkan untuk rekreasi
adalah lembah-lembah asri di damaskus. Sebagian yang lain berkata ‘taman
samarkand’. Yang lain berkata ‘nahrawan di baghdad’. Yang lain berkata ‘taman
indah di bawwan’. Yang lain lagi berkata ‘nubhar balkh’.
Ibnu duraid berkomentar, ‘semua
ini adalah tempat rekreasi mata, lalu manakah jatah rekreasi hati kalian ?’
kami pun menanyakan hal tersebut, “wahai abu bakr, apa yang anda maksud
rekreasi hati ?”. Ibnu Duraid Menjawab,’yaitu membaca kitab “uyun Al-Akhbar
karya Al-Qutbi, Az-zahrah karya ibnu Dawud dan Qalaq Al-Musytaq karya ibnu abi
thahir.’ Kemudian dia menyandungkan Syiair :
Barangsiapa tamasyanya tertuju pada biduanita, piala, dan minuman
Maka tamasya
dan istirahat kami adalah menelaah buku dan kitab Al-‘Uyun
Ibnu Taimiyyah (w.728 H) tetap
membaca meskipun sedang sakit
Imam ibnu Qayyim Al-Jauziyah
dalam Rudah Al-Muhibbin menuturkan bahwa gurunya Ibnu Taimiyyah pernah bercerita,”
saya tertimpa sakit, maka dokter berkata kepadaku, ‘sesungguhnya aktivitasmu
dalam menelaah dan membicarakan ilmu memperparah penyakitmu.’ Saya pun berkata
kepadanya, ‘saya tidak sabar melakukan hal itu. Saya akan menerangkan kepadamu
dengan ilmumu. Bukankah jika jiwa itu bergembira dan bahagia, maka tabiatnya
akan kuat sehingga mampu menolak penyakit?’ Dokter itu menjawab ‘iya’. Kemudian
saya mengatakan kepadanya.’sesungguhnya jiwaku bahagia dengan ilmu sehingga
menjadikanku kuat dan tentram.’ Maka dokter itupun berkata,’jika demikian itu
diluar pengobatan kami.’
Ibnul Jauzi (w.597 H) membaca
200.000 jilid buku
Saat membahas tentang membaca
buku, didalam shaid Al-Khatir,Ibnu jauzil berkata menceritakan dirinya,” Aku
tidak pernah kenyang membaca buku. Jika menemukan buku yang belum pernah aku
lihat, maka seolah-olah aku mendaptkan harta karun. Aku pernah melihat
katalog-katalog buku wakaf di madrasah An-Nidhamiyyah yang terdiri dari 6000
jilid buku. Aku juga melihat katalog buku Abu Hanifah, Al-Humaidi, Abdul Wahhab
bin Nashir dan yang terakhir Abu Muhammad bin Khasysyab. Aku pernah membaca
semua buku tersebut serta buku lainnya. Aku pernah membaca 200.000 jilid buku
lebih. Sampai sekarang aku masih terus mencari ilmu.” Kemudian Ibnu Jauzi
memaparkan hasil pengkajian Ilmunya.
Ibnu Jauzi juga menasihati orang
alim dan pencari Ilmu, “sebaiknya kamu mempunyai tempat khusus di rumahmu untuk
menyendiri. Disana kamu bisa membaca lembaran-lemabaran bukumu dan menikamti
indahnya petualangan pikiranmu.”
Lebih Mencintai Buku daripada
sebongkahan Emas
Ibnul jauzi menyebutkan biografi
Thahir bin Abish Shaqr (w 476 H) dalam bukunya, Al-Muntazham, “ Dia adalah
orang yanh senang mengembara ke segenap penjuru tempat dan banyak berguru
kepada para ulama dari berbagai negeri. Dia pernah mengatakan, ‘Buku-bukuku ini
lebih aku cintai daripada sebongkahan Emas’.
Tetap Belajar Meski berada di
Kamar kecil
Ketika berbicara seputar
kecintaan terhadap ilmu, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam bukunya Raudhah
Al-Muhibbin menuturkan bahwa abdurrahman Ibnu Taimiyyah saudara gurunya ;Ahmad
Ibnu Taimiyyah meriwayatkan dari bapaknya, abdul halim, dia berkata,” dahulu
kakekmu abul barakat, apabila mau masuk ke WC untuk buang hajat, maka beliau
menyuruhku untuk membacakan suatu buku dengan bacaan yang keras agar dia bisa mendengar.”
Buku, Bekal Utama para Ulama Saat
Safar
As-Sakhawi dalam bukunya Ad-Dhau’
Al-Lami’ menegaskan Profil Singkat Ahli bahasa, Imam Muhammad bin Ya’qub Fairuz
Abadi (w.817 H) bahwa beliau menyeleksi buku-buku yang berharga. Sebagaimana
sebagian orang pernah mendengarnya berkata,”Aku telah membeli berbagai buku
seharga 50.000 mitsqal emas (21 Milyar 250 jt). Meski buku-buku itu harus di
angkut beliau tetap membawanya ketika bepergian. Setiap beliau singgah disuatu
tempat, tak lupa beliau keluarkan buku-buku itu untuk dibaca. Dan apabila
hendak melanjutkan perjalanannya beliau pun menaruh buku-buku tersebut ketempat
semula.
Lebih Suka Bercengkrama dengan
buku daripada dengan manusia
Imam Adz-zahabi dalam bukunya,
Asy-Siyar dari Nu’aim bin Hammad, berkata,” Ibnul Mubarak lebih banyak berdiam
diri di dalam rumahnya. Oleh karena itu seseorang bertanya kepadanya, apakah
engkau tidak merasa kesepian?’ “bagaimana aku merasa kesepian sedang Rasulullah
Muhammad SAW, dan para sahabatnya selalu bersamaku.’ Tegas Ibnul Mubarak.”
Al-Khatib dalam Taqyid Al-Ilm
meriwayatkan dari ibnul Mubarak, beliau berkata, “ Barangsiapa ingin mengambil
faedah ilmu maka bacalah buku-bukunya.”
Tak Sempat menikah karena sibuk
Ibadah dan Belajar
Adz-zahabi dalam Syiar A’lam
An-Nubala’ menerangkan biografi Isa bin Ahmad Al-Yunani (w.653 H), beliau
berkata,” Dia tidak memiliki kesibukan kecuali untuk beribadah dan belajar,
bahkan tidak sempat menikah, hingga akhirnya rela mengawini janda tua untuk
sekadar mengurusnya.”
Kelezatan dalam Memburu buku
Adz-Dzahabi dalam Syiar Alam
An-Nubala’ menyebutkan dalam biografi Al-Mustanshir Billah Abul Ash Al-Hakam
bin Abdurrahman Al-umawi, pemimpin Andalus, “ Dia adalah orang yang mengukir
riwayat hidupnya dengan indah, penuh dengan keutamaan. Dia memiliki kecintaan
mendalam untuk membaca serta memburu buku-buku berkualitas dan bermutu, baik
yang benar ataupun yang salah. Beliaupun memperoleh sekitar 200.000 buku.
Beliau selalu membelanjakan
emasnya sekadar untuk mendapatkan buku-buku, lalu membayarnya sesuai harga yang
ditawarkan penjualnya. Sehingga lemari-lemari yang dimilikinya pun terlalu
sempit dan tidak bisa menampung semua buku-bukunya. Baginya tidak ada
kenikmatan kecuali pada buku-buku yang telah didapatkannya.
40 tahun Tidak Tidur kecuali
sebuah buku Tergeletak di atas Dada
Al- Hafish dalam Bukunya
Al-Hayawan menuturkan bahwasanya dia mendengar hasan Al-Lu’luai berkata,”
Selama 40 tahun aku tidak tidur siang ataupun tidur malam, serta tidak
beristirahat sambil bersandar kecuali ada sebuah buku yang tergeletak di atas
dadaku.
Mimpi Masuk Surga Bersama BUKU
Ibnu Rajabdalam Dzail Ath
Thabaqat mengetengahkan satu riwatyat Ibnu Al-Jauzi yang bersumber dari Imam
Abul Alla’ Al-Hamadzani (w.569 H). Ibnu Al-juzi berkata, ‘Aku telah mendengar
bahwa beliau, Abul A’lla’ Al-Hamdadzani sempat bermimpi berada disebuah kota
yang semua dindingya adalah buku, dan disekitarnya terdapat banyak buku yang
tak terhitung. Dia pun asyik dan sibuk membacanya. Kemudian beliau ditanya,
‘Buku-buku Apa ini?’ kemudia beliau menjawab,” Aku telah memohon kepada Allah
untuk menyibukkanku di surga dengan buku sebagaiman dahulu di dunia. Dan Allah
pun mengabulkan permohonanku.’
Sungguh Luar Biasa Motivasi
membaca dari para Ulama. Semoga kita dapat mengambil pelajaran darinya. Sampai
ketemu di Petualang Masjid Selanjutnya.
0 comments:
Post a Comment